Senin, 07 Juli 2014

Energi Alternatif dari Tanah Merah

      Genap 4 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 10 Juli 2011. Pada saat itu aku sedang menonton sebuah acara telivisi kalo gak salah sih TvOne. Naah di acara pagi ada berita yang meliput sebuah penemuan dari siswa SMK mereka membuat baterai menggunakan bahan dasar kulit durian. Aku pun melihat dengan seksama step by step yg mereka demo kan di Tv. Setelah aku melihatnya hari besuknya pun aku membeli bahan2 yg sama seperti acara Tv kemarin. Aku mencobanya sendiri dan hasilnya memang benar bisa menghasilkan sebuah energi baru untuk menyalakan sebuah lampu LED. Hasil percobaanku yang aku buat, aku ujikan dan aku taruh di gudang garasi mobil. Ternyata disimpan selama kurang lebih 7hari atau seminggu, lampu LED tersebut mati. Entah kenapa bisa mati, setelah aku lihat secara seksama ternyata larutan dari kulit durian tersebut busuk dan lampu tidak menyala lagi. Aq berpikir ada gak yah buah atau semacamnya yang dapat bertahan lama tidak busuk dan mati?? itu adalah sebuah pertanyaan pada diri saya.
Setelah beberapa hari, saya mencoba menggunakan pohon durian yang ada disekitar rumah tetangga saya. Oiyaa, aku tinggal di daerah gunungpati Sekaran, tepatnya di kota Semarang. Ditempatku selalu musim durian kalo pas musimnya banyak sekali sisa2 kulit durian di tempat tetanggaku. Singkat cerita aku menggunakan batang pohon durian, aku tancapi paku besi dan tembaga batangan ukuran 5mm dengan panjang 10cm. 5 pohon durian aku buat sebagai percobaanku. dengan cara, setiap pohon durian aku tancap 1buah paku besi dan 1 buah paku tembaga, ada 5 pohon durian. Setiap pohon durian ke pohon durian yang lain aku sambungkan seutas kabel, dari paku besi di pohon A ke paku tembaga di pohon B, dan seterusnya hingga menjadi rangkaian seri. Seperti ini nih gambarnya:


      Setelah itu pada paku tembaga yang terakhir aku beri kabel untuk di kaitkan ke kaki lampu LED Positive(+), dan paku besi yang terakhir dikaitkan ke lampu LED Negative(-). Wuaaaah sungguh ajaib ternyata lampu LED yang aku pasang menyala warna-warni. Ternyata batang pohon juga bisa, akan tetapi itu nantinya akan merusak lingkungan karena menyakiti pohon durian itu sendiri (Tidak Ramah Lingkungan). Kalo para pembaca tidak percaya, bisa kok dibuktikan sendiri di rumah...tapi ingat jangan sampai salah antara kutub positif dan negatifnya. Ntar yang ada nanti malah gak nyala...

       Yang aku pikirkan saat itu, buah aja bisa, batang pohonnya juga bisa, sari yang diambil dari dalam tanah, dan aku mencoba disekitar pohon durian itu adalah tanah merah. kemudian aku kumpulkan pakai cetok, dan aku ambil sebagian tanah kering. kemudian aku saring dari batu-batuan besar. setelah itu aku mencari gelas plastik aku susun seperti pohon durian tadi dan aku seri rangkainya. kemudian tanah tersebut saat kering aku cek tegangan tidak dapat mengalir energinya. kemudian aku beri air sebagai elektrolit konduktornya ternyata bisa keluar tegangan saat itu mengeluarkan 0,98Volt kecil sekali. dan arus yang dihasilkan hanya 0.022mA sangat kecil dan setiap detik arus menurun. 0,001mA. Untuk dari segi ramah lingkungan tanah banyak tersedia dimana-mana, dan ramah lingkungan.

       Dari beberapa percobaan yang aku lakukan dirumah, dengan menguji beberapa jenis tanah yang ada di sekitar rumah. diantaranya ada tanah merah, tanah coklat, tanah humus, pasir bangunan, dan tanah padas.

 Ini Bahan 4 jenis tanah dan 1alat Multi Tester Digital

 
Ini Bahan Plat tembaga (Kutub Positif) dan Plat Seng (Kutub Negativ)

        Hasil Pengujian tanah tidak kami share di sini. Namun kesimpulannya tanah yang dapat menghasilkan tegangan dan arus paling tinggi adalah tanah merah. Kami Mengujinya dengan Menyalakan Sebuah Lampu LED, serta diukur tegangan dan arus yang keluar dari tanah. Bisa diuji coba sendiri untuk pengujian di rumah masing-masing.
Bentuknya Seperti Ini nih:
     Ini untuk Menyalakan Jam Digital dari Tanah Merah Yang dirangkai seri dan diberi air secukupnya, sebagai penghantar elektrolitnya.
Naaah kecil aja bisa untuk menghasilkan sebuah tegangan. Kemudian saya mencobanya dengan size ukuran paling besar yaitu 40cm x 30cm dapat menghasilkan sebesar:
 Ini Video Pembuatan Cell yang besar


Ini Adalah Foto Saya




 Ini video tahap akhir pemberian cell akhir serta pengeleman kaca.



  Ini Video Pengukuran



 Ini Hasil Pengujian Selama 9 bulan Lampu LED masih tetap Menyala
Sejak 13 Juli 2011 sampai 21 Mei 2012 Baru lampu mati.

       Experiment selama 9 bulan ini membuat kesimpulan bahwa cell tembaga dan cel seng dapat bertahan kurang lebih selama 9 bulan. Dengan perlakukan 1x perawatan, yaitu dengan 1x mengisi air pada tanggal 13 Juli 2011 sampai 21 Mei 2012 tidak diberi isi ulang air lagi.

        Naah itu lah tadi sebuah experiment saya dirumah, dan sekarang metode ini sudah mendapatkan paten dan beberapa publikasi dari media cetak ataupun media elektronik. Jika para pembaca ingin mencobanya dirumah silahkan, dicoba sendiri. Apabila kesusahan bisa konsultasi pada saya. Bisa di lihat di profil blog ini. 
Penelitian energi tanah merah ini sudah di produksi masal sebuah lampu hias untuk menyalakan lampu LED. Yang telah teruji dari penelitian selanjutnya, sehingga hasil yang dihasilkan mampu menyalakan lampu LED yang terang. Oke deh cerita ini disambung di halamana berikutnya yaaah, dengan Judul "Lampu Energi Tanah Merah - di Persembahkan Oleh: Laptop Si Unyil TRANS7".

3 komentar:

Unknown mengatakan...

Keren n bermanfaat banget buat semua orang,dari bahan yg sederhana n unik bisa membuahkan hasil yg menakjubkan 😊

Unknown mengatakan...

hehe makasih luluk...semoga bisa menjadi inspirasi baru buat kamu juga yaa...

Mamsi Cooking mengatakan...

itu kan arus yg dihasilkan berupa arus DC.gmn klo untuk menyalakan lampu berarus AC dgn cara memakai inverter?sdh pernah dicoba belum?